Jumat, 09 Mei 2014

cerita rakyat SUMUT batu gantung dan mitosnya.



HORAAAAAAAS!!! 

  Tau khan yang biasa bilang horas orang mana?! Yups, horas adalah sapaan orang batak, karena gue orang batak dan gue pengen cerita sedikit tentang cerita rakyat orang batak. Kali ini gue pengen cerita tentang cerita rakyat dari daerah gue yaitu Sumatra Utara. Disumut ada beberapa cerita rakyat dan yang menarik menurut gue adalah cerita rakyat tentang batu gantung yang berada diparapat.

              Parapat adalah sebuah kota kecil di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (rumah gue di siantar #sekilasinfo). Kota kecil di tepi Danau Toba ini merupakan tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara, demikian seperti dikutip dari situs Indonesia.Travel.

          Selain sebagai tempat wisata, Parapat juga merupakan sebuah kota yang melegenda di kalangan masyarakat Sumatera Utara. Di kota ini terdapat sebuah batu yang menyerupai manusia, yang diyakini adalah penjelmaan gadis cantik bernama Seruni.

             Alkisah dulu di tepi Danau Toba hidup sepasang suami istri dengan anak perempuannya yang cantik bernama Seruni. Karena cantik, banyak pemuda yang ingin menjadi kekasihnya. Sayangnya, Seruni telah dijodohkan oleh orangtuanya pada seorang pemuda yang masih sepupunya sendiri. Padahal Seruni sudah memiliki lelaki pilihannya sendiri. Suatu hari, Seruni duduk melamun di pinggir Danau Toba bersama anjingnya, Toki. Seruni melamunkan nasibnya yang akan dijodohkan pada pria yang tak dicintainya.  Seruni ingin mengakhiri hidupnya, dengan melompat ke Danau Toba dari pinggir tebing yang curam. Saat berjalan menuju tebing itu, Ia terperosot  dalam lubang batu yang besar. Seruni pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di batu itu. Dia berteriak "Parapat, Parapat!" yang artinya merapat, agar batu itu merapat dan menghimpit tubuhnya.

           Singkat cerita, batu tersebut akhirnya menghimpit tubuh Seruni di dalamnya. Kini di parapat dapat melihat sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung di tepi tebing. Oleh masyarakat setempat batu itu disebut Batu Gantung, dan kota yang kini menjadi tempatnya disebut Parapat, karena kata-kata yang terakhir diserukan Seruni.

             Untuk melihat batu ini bisa dengan menggunakan kapan penunpang yang dijadikan kapan pariwisata dan untuk lebih seru bisa mencoba speedboat, joki speedboat akan menghantarkan ke pemandangan batu gantung dengan sensasi yang lebih seru dan mereka juga akan menceritakan kisah batu gantung tersebut. Saat gue mengunjungi batu gantung menggunakan speedboat gue bersama sepupu-sepupu gue yang usianya gak jauh beda dan karena jokinya ngebawa anak muda, itu naik speedboat uda kayak naik halilintar di dufan. Sesampainya di batu gantung, joki ceritain kisahnya seperti yang baru gue ceritain dan jokinya bilang disitu gak boleh ngomong kotor yang dia maksud itu memaki dan gak boleh buang sampah juga. Gue penasaran dan pas gue tanya kata jokinya pernah ada yang bandel dan gak sopan, orang itu memaki dan buang sampah di lokasi batu gantung dan saat pulang orang tersebut sakit dan sakitnya aneh dan tidak bisa dideteksi oleh dokter dan akhirnya orang itu balik lagi ke batu gantung dan meminta maaf dengan beberapa ritual. Nah, ini foto saat gue jalan-jalan ke parapat bareng sepupu-sepupu gue yang kece-kece.



              Pelajaran yang ingin diberikan dari kisah ini adalah bahwa orangtua jangan memaksakan kehendak kepada anaknya karena tidak semua yang dipikir baik oleh orang tua membuat anak senang. Dan setiap manusia haruslah menjaga omongannya dari kata-kata yang tidak baik, seperti kata iklan tipi “MULUTMU HARIMAUMU!”.

2 komentar: